Pada masa kolonial Belanda di Indonesia, PALM WINE, di samping wine yang
sebenarnya sudah termasuk minuman khas pada pesta-pesta dansa oleh orang-orang
Belanda yang mengundang para petinggi-petinggi pribumi maupun orang-orang
keturunan, seperti para pedagang-pedagang Cina dan India PALM WINE yang dimaksud disini bukanlah terbuat dari anggur
melainkan dari sadapan pohon aren atau enau yang orang Batak bilang bagot. Demikianlah orang-orang kolonial
menyebutnya Palm-Wine, sementara
orang batak menyebutnya tuak.

Tuak yang menjadi
minuman khas orang-orang Batak memang aslinya disadap dari pohon bagot, akan tetapi tuak minuman khas itu dapat pula disadap dari pohon kelapa. Maka
secara umum bagi orang Batak sekarang ini, tuak
berdasarkan sumbernya, dibagi dalam dua kategori yang disebut tuak bagot dan tuak kalapa. Berdasarkan prosesnya dikategorikan sebagai tuak
raru dan tuak na tonggi. Dan
ada pula yang disebut tuak tangkasan yaitu tuak yang selalu disertakan sebagai
minuman dalam suatu prosesi adat, termasuk tuak
na tonggi yang pada umumnya dikhususkan untuk kaum wanita walaupun banyak
pula kaum lelaki yang menggemarinya.
Secara umum tuak dikenal
oleh masyarakat di Indonesia adalah jenis minuman yang disebut arak. Jenis minuman dari tuak yang lebih ringan dan lebih segar
disebut Nira, dengan rasa manis menyegarkan, tetapi nira sebenarnya disadap dari pohon
kelapa dan bukan dari bagot. Melihat tuak secara fisik adalah seperti seduhan
susu yang berwarna putih dan ada pula yang berwarna putih kekuningan, sementara
nira juga berwarna putih lebih
bening.
Tuak, disamping
sebagai minuman, merupakan bahan baku untuk pembuatan gula dengan berbagai
sebutan seperti gula arena tau gula merah atau pun gula jawa karena orang-orang jawa memang lebih banyak memproses tuak menjadi gula sangatlah sederhana.
Belakangan ini tuak sudah diproses
secara modern menjadi kristal gula yang disebut Palm Sugar atau Brown
Sugar. Tuak juga sebagai
bahan mutlak untuk membuat cuka makan yang biasa disebut Arenga Vinegar.(abs)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar